Pages

16/09/2013

Pagi dan Sunyi



Pernahkah merasa sendiri ? dalam artian sungguh-sungguh merasa sendiri, seolah ada ruang berongga di dalam hati ? perasaan hampa, sesak, dengan air mata yang mengalir tanpa suara. Mengalir diam-diam hingga jauh ke dalam hati. Namun tak ingin bicara dengan siapapun, tak ingin bertemu siapapun.

Ada saat kesendirian adalah waktu dimana kita mendengar lebih jelas bisikan hati yang terdalam, mendengar sejujur apa hati kita berkata. Ada saat air mata hanya cukup untuk dialirkan, bukankah baik untuk menghalau debu dari lingkar bening matamu. Ketika kehampaan dan kesedihan begitu menyiksa, tidak akan kuperturutkan amarahku. Biarkan rasa sakit melayang bertemu muaranya segala rasa.

Apapun rasa yang berefek pada berubahnya suasana hati menjadi kelabu, kuterima dan rasakan. Bukankah dalam hidup semua ini biasa, semua orang akan merasa benar. Semua orang akan bersedih jika merasa tersakiti. Dan bisa jadi ini hanya pembelaan diri, bagi pihak lain mungkin saja kitalah biang kerok segalanya. Semua orang akan merasa benar, semua ingin membela diri. Menuding orang lain dan menyalahkan orang lain memang paling mudah.

Masih butuh air mata untuk menangis ? iya... setelah air mata mengalir, selalu ada kelegaan yang aku yakini. Masih ingin menyalahkan orang lain dan membela diri ? tidak... cukuplah aku menjaga lisanku. Cukuplah diam dan berdialog dengan hati dan Sang Pencipta tidak lebih karena selebihnya kelelahan belaka.


Ada yang seolah perlahan lepas, mungkin riangku kemarin itu.
Kemana harus kucari,
tawaku yang sesaat lalu memelukku.
Konyolnya,...
Tawa dan tangis adalah hal paling biasa dalam dunia ini,
jangan risau jika salah satu menghampiri bukan ?
mereka akan slalu datang dan pergi,
seperti siang dan malam yang silih berganti.

Cukup ajarkan diri untuk menerima,
dengan penerimaan terbaik yang kita bisa...


~  Ketika pagi kadangkala terasa begitu sunyi, seperti pagi ini....

14 comments:

  1. Seperti lagu Dewa, menangislah bila harus.
    Tawa dan tangis itu berdampingan, seperti halnya hidup yang mana kala suka berlimpahan, dan duka menjadi pengingat kita untuk selalu berterima kasih kepada suka :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar mbaku,... menangislah saat air mata ingin mengalir.
      Selain mennagis ternyata menulis juga melegakan mbaku :)
      trima kasih....

      Delete
  2. cukuplah aku menjaga lisanku. Cukuplah diam dan berdialog dengan hati dan Sang Pencipta tidak lebih karena selebihnya kelelahan belaka.

    ini point yang aku tangkap untuk solusi bijak atas keresahan jiwa. Introspeksi diri kemudian berdzikir, berdoa memohon petunjuk terbaik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mowning Mas,...

      Keresahan jiwa ??? siapa ? yang mana ??
      udah lupa tuh :D

      terima kasih Mas ku ^^

      Delete
  3. Aku biasanya tahajud, Mak. Ampuh banget itu. Btw, tampilan blognya baru. Lebih cerah. Selamat, Mak. :)

    ReplyDelete
  4. sunyi, sendiri, dan menangis, kadangkalah jadi pelega hati :)

    ReplyDelete
  5. Saya malah lebih senang sendiri mba...

    ReplyDelete
  6. Tangisan dan tawa adalah milik semua orang, Ir. Tak perlu malu untuk menggunakannya. Menangislah di saat hati ingin menangis dan tertawalah saat hati juga ingin melakukannya. Tak ada yang salah, karena itu lumrah. Dan, tangisan tak selalu mewakili kesedihan, begitu jg tawa, ada juga saatnya dia pecah justru dalam suasana duka. Hehe, pernah merasakannya? Aku pernah lho, sedang sedih banget karena kakek meninggal dunia, eh si paman, sedang jalan bawa baki untuk minuman para tamu, terpeleset dan jatuh terjerembab. Reaksi paling alami adalah tawa, melihat 'atraksi' menggelikan itu, reaksi sesudahnya adalah prihatin. Salahkah kita tertawa saat itu? Aku rasa tidak, krn itu adalah reaksi spontan. :)

    Menangis dalam bahagia, pasti kita sering bertemu dengan situasi ini kan? Ih, komenku jd panjang lagi, pamit ah #malu

    ReplyDelete
  7. Selalu saja,.. senja mampu menghiasi ruang ini dengan tulisan yg begitu indah,
    seperti pagi yg teriringi sunyi, seperti kesediahn teriringi airmata dan seperti bahagia yang teriringi senyum,..

    salam, :)

    ReplyDelete
  8. tulisannya indah sekali... mengingatkan dan merenung ke masa 20 tahun yang telah aku lalui

    ReplyDelete
  9. sy paling gak suka, berada dlm situasi merasa sendiri pdl di tengah keramaian

    ReplyDelete
  10. akuuuu selalu sendiriiiiii ihiks ihiks ihiks

    ReplyDelete
  11. Tulisan mak irma selalu saya suka hmmm kapan ya bisa nulis begini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cukup ajarkan diri untuk menerima, dengan penerimaan terbaik yang kita bisa.
      Kalimatnya insfiratif banget Mba, smg kita bisa mengajarkan diri akan hal itu ya.

      Salam. .

      Delete

Terima kasih kunjungan dan komentarnya, salam.... :)