Kembali ke kota Yogyakarta seperti kembali ke romansa tentang perjalanan lalu. Iya... Yogyakarta salah satu kota yang memiliki cerita manis tersendiri di dalam arsip perjalanan hidupku. Kota pelajar, kota keraton, kota yang menyimpan banyak sejarah masa lalu tentang negri ini, kota gudeg, kota bakpia, kota di mana salah satu keajaiban dunia borobudur berada. Kota dengan candi dan pantainya, kota dengan berjuta cerita manis yang mengendap di setiap relung kenangan mereka yang datang dan pergi di kota ini, kota yang ramah dengan inggih-inggihnya warga Jogja yang membuatku merasa pulang.
Awal bulan lalu aku kembali menemukan alasan untuk lagi merasa jatuh cinta pada kota ini. Bukan hanya pada setiap lintasan kenangan yang pernah terjadi kala itu. Bukan hanya tentang sebuah kedai dengan lampu-lampu redup menampilkan bayangan teduh yang menatapku dalam. Bukan tentang jalanan bertabur lampu malam yang mengendap dalam ingatan, karena sekeping asa yang berpendar di sana. Bukan hanya tentang cinta tanpa kadaluwarsa, tanpa spasi dan koma. Aku kembali merasa jatuh cinta pada sebuah tempat di mana labirin masa lalu membawa kita melewati waktu seolah kembali ke masa itu, masa di mana para putri dan raja berada di balik tembok istana. Yang bercerita tentang budaya, sejarah juga cinta.
Museum Ullen Sentalu Yogyakarta