Pages

17/04/2014

Rindu Puisi



Saya kehilangan rasa dimana imajinasi berloncatan, berpendar, dan meliar lalu luruh disuatu waktu. Saya kehilangan, ketika menikmati rintik derai hujan dan keindahan langit senja tak ada yang berhasil saya tuliskan meski sepenggal. Saya kehilangan rima, bait, metafora dan segala yang biru tentang diksi atau puisi, saya kehilangan kebahagiaan ketika menemukan satu keping dari sejuta puzzle pada almari memory  yang bisa kuabadikan dalam jejak sebuah catatan hati. Saya kehilangan... jiwa puisi saya yang entah kemana.

Saya rindu menemukan rasa ketika memandang matamu, lalu jemari saya menari mengalir deras barisan aksara yang berlompatan dari kepala dan hati saya. Saya rindu ketika mengingatmu dan saya terjaga lalu duduk dihadapan keyboard yang mengabadikan setiap rasa tanpa terhalang jeda.  Tanpa berfikir tentang alinea dan aturan baku sebuah diksi. Aku rindu,...menemukan kecintaanmu dan rasaku pada halaman jurnal pribadiku yang kusimpan diam-diam, atau ku biarkan terbaca segala. 

Dimana kau bekukan ladang rindu yang menghadirkan candu dan jejak pada catatan senja ?
Dan dimana ku simpan ingatan dari setiap langkah kita hingga merasamu tak cukup menghadirkan puisi dihatiku. Akhhh,...celoteh pagi ini hanya kerinduan pada menulis puisi yang hilang entah kemana. Imajinasi yang tertiup angin timur atau hati beku yang perlahan menumpulkan rasa. 

Imagination ?... This is ?

35 comments:

  1. jarang posting puisi lagi ya skr, walaupun aku suka gak ngerti tapi tetep dibaca kok :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mak, pengen,...tp agak tersendat kalo mau nulis puisi skg :)

      Delete
  2. skr jarang postng puisi lagi ya

    ReplyDelete
  3. ada kalanya sebuah rasa..hilang dalam sekejap..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya,...didunia ini g ada yg pasti adanya. Rasa saja bahkan bisa hilang sekejap...

      Delete
  4. Kalalu ayah rindu pada penulisnya, juga mereka yang ada disekitarnya, cucu-cucu yang menggemaskan, dan suaminya yang bijaksana.

    Ayah kangen kalian semua

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya ayah, sudah kusampaikan pada hubby salamnya. mg ada kesempatan lain waktu bersilaturahmi lg dgn ayah :)

      Delete
  5. Aku juga rindu baca puisinya Mak Irma...:)

    ReplyDelete
  6. Walau kehilangan imajinasi, tetap tulisanmu itu indah kok Neng ;)

    ReplyDelete
  7. Lalu, ketika kau memandangku, kemana sebenarnya pikiranmu itu, Senja?. Hahhaha

    Met mencari diksi lala pooh. . .

    ReplyDelete
    Replies
    1. Entahlah....seharusnya kau tny hatimu, mengapa saat aku memandangmu tdk seindah dulu #Loh :)))

      Delete
  8. jarang nih nemu cewek cantik puitis hihihi salam kenal, kunjungan perdana nih

    ReplyDelete
  9. Tulisannya Benar" Mantep deh mbak...

    ReplyDelete
  10. kalo saya mba agak susah nulis cerpen hehe

    ReplyDelete
  11. Akhirnya, keluar lagi pusismu ya Neng *cipok

    ReplyDelete
  12. semoga ladang rindu pada catatan senja bisa mencair dalam kehangatan jiwa....
    keep happy blogging always...salam dari makassar :-)

    ReplyDelete
  13. Tanpa disadari, postingan mbak ini sudah mengandung puisi lho :)
    Semangaaatt ya mbak. Saya juga merasakan hal yg sama seperti mbak ini. Mandeg gara-gara pikirian bercabang-cabang ke tugas kuliah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, ternyata mengalir begitu saat dipaksa :)))

      Delete
  14. hilang imajinasi aja hasilnya keren begini :p

    ReplyDelete
  15. Ladang rindu? Yang kadang melayu karena waktu...?
    Salam mbak, sepertinya lama tidak berkunjung kesini :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, melayu bersama waktu yang terus berlalu :D
      terima kasih sudah berkunjung mba ^_^

      Delete
  16. Aku rindu pada semua yang pernah aku lakukan dulu, yang sangat susah kugapai kembali sekarang meski rindu itu masih membelengguku. Aku rindu kamu. haha

    ReplyDelete
  17. 2 dari 9 telur tidak menetas baik, menjadi ada yang gagal keberadaannya.. itulah sekepal rindu, yang menampik jarak berlajur pada jalur yang kusam, dan tapak nya tidak mampu diikuti, tepat disebelah selatan dimana matahari tidak pernah malaluinya.. hanya tergambar dihati.. berupa ladang hijau yang muda lagi segar.. birunya pudar yang memutih menjadikanya lembut dan lembab.. sejenak terlukis pada pagi yang sementara, dan sejatinya inilah hanya kata.. hanya kecerdasaan yang berbeda untuk mengungkap arti.. arti yang sebenarnya sederhana, arti untuk rindu...

    ReplyDelete

Terima kasih kunjungan dan komentarnya, salam.... :)