Pages

13/11/2013

Happy Father Day, Papa

Papa,...

Terakhir bertemu kita hanya sedikit berbincang, tapi Papa tidak pernah lupa memeluk dan menciumku dan aku berbisik " doakan neng Pa " dan Papa selalu menjawab tentu saja sayang.

Orang-orang bilang kesayangan Papa adalah adikku. Tapi komunikasi kita selalu baik, Papa adalah temanku cerita dan curhat sejak jaman remaja dulu hingga kini. Papa dan Mama adalah sepasang orang tua yang memanjakan anak-anaknya, seringkali aku berfikir keegoisan kami saat ini mungkin karena terlampau kalian manjakan hehee... 

Komunikasi kita saat bertemu adalah bermanja-manja, bercengkrama tapi papa juga menguatkan disaat-saat terburukku. Aku dekat dengan Mamaku, anehnya setiap aku punya masalah Papalah yang menjadi tempatku curhat dan bercerita. Sesuatu yang buruk selalu menjadi terasa ringan jika curhat padanya.

Ada suatu malam kalau tidak salah awal tahun lalu, itu menjadi malam yang begitu membekas antara aku dan Papaku. Hari itu aku di RS International hingga malam, kelelahan fisik, kelelahan jiwa dan rasa kecewa juga takut. Hasil check upku tidak baik, ditemukan souvenir lain diorganku yang lain. Malam itu aku sangat sensitif, bahkan aku menangis karena ucapan sedikit acuh petugas medis bagian radiologi. Sepanjang jalan dimobil aku terus menangis tanpa suara, suamiku hanya diam memahami kekalutan perasaanku.

Sampai di rumah aku tidak menjadi lebih baik, lalu aku memutuskan menelpon Papaku. Aku berharap Papa akan menghibur dan menguatkan aku. Biasanya Papa selalu bisa membuatku kembali berfikir positif dan ringan. Aku ungkapkan keadaanku, hasil pemeriksaanku, kenyataan bahwa dibalik aku yang terlihat baik-baik saja didalam sana tidak begitu. Aku takut...

Dan jika yang lain  menghiburku, membuatku merasa nyaman dengan penghiburan dan kalimat  " kamu akan baik-baik saja, kamu akan sembuh, kamu akan tetap hidup "
Tidak begitu dengan Papaku malam itu, Papa mencambukku dengan kalimat yang begitu keras. Jika yang lain menghiburku, maka Papa membuat tangisku semakin deras.

Malam itu Papa mengingatkan kemungkinan aku mati dan bagaimana caranya mempersiapkan diriku menghadapi kematian. Malam itu bahkan Papa bertanya aku akan dikubur dimana jika aku mati -__-. Aku meradang, marah, menangis dan menutup telponnya.

Semalaman aku berfikir. Bagaimana bisa seorang Papa bukannya menghibur malah bertanya dimana aku ingin disemayamkan jika aku mati saat aku down dan berada dalam kondisi putus asa ???

Pada akhirnya aku mengerti  " Semua orang pasti akan mati neng, Papa lihat neng terlalu fokus pada hal-hal medis dan kadang lupa bahwa yang memutuskan kita hidup atau mati itu bukan dokter. Papa gak akan lupa saat neng terbaring dengan kondisi mengenaskan itu, dengan semua selang dan alat yang menusuk keseluruh tubuh dengan vonis kanker usus ganas dan lihat sekarang neng membaik. Bukan karena doktermu sayang,...tapi Allah. Jadi jangan lelah dan marah karena Dia terus membuatmu untuk terus berjuang, itu bentuk kasih sayang Allah dan buat agar neng menjadi lebih dekat padaNya karena ini. Tapi jangan hanya berusaha untuk sehat tapi persiapkan jika kita bertemu kematian. Papa percaya kamu kuat, sangat kuat "

Kalimat Papa keesokan harinya membuatku lebih memahaminya, Papa menyentuh hatiku dengan pemahaman yang baru. Benar, bertahun-tahun aku fokus pada kesehatan dan medis bahkan aku enggan berikhtiar dengan cara lain selain dokter dan RS. menjadi penyintas membuatku egois. Banyak hal yang aku abaikan mungkin, yang terburuk aku mengabaikan keyakinan bahwa kesembuhan adalah mutlak kuasa Allah. Kejadian itu membuatku mengoreksi banyak hal, tentang sakit, kehidupan dan bahkan mati itu sendiri. Papa mengubah cara berfikirku, bukan hanya aku menjadi lebih ringan dan tidak takut dengan prognosis dokter tapi juga bagaimana menikmati hidup itu sendiri.

Papa,...

Jika ada yang bertanya apa yang sudah aku lakukan untukmu dan Mama, maka jawabannya belum ada. Seumur hidupku, aku terus membuat kalian cemas dan khawatir.
Maafkan semua sikap dingin yang pernah tercipta di masa lalu kita Pa, aku memahamimu dan berharap Papa juga memahami dan memaafkanku.

Neng sayang Papa... selamat hari Ayah, Pah...  dari Cikal 

* Aku punya panggilan sayang dari Papaku selain neng, Cikal...*

21 comments:

  1. ooh hari ayah ya ternyata, kelewat deh aku taunya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku aja tau dr postingan tmn2 blogger mba ;))

      Delete
  2. beruntung yang masi punya ayah ya mba...

    ReplyDelete
  3. Replies
    1. hemmm, iya mba... kdg begitu deh bikin anaknya shock tp selalu menyelipkan hikmah ^^

      Delete
  4. Seorang ayah adalah memang sosok yang sangat bijaksana,..

    aku jg ga tau nih ternyata sekarang hari Ayah,.. ya deh titip rindu buat Ayah judul lagunya, hehe :)

    OOh yaaa, silahkan berknjung senja, ada tulisan kiriman dari PARIS Di langitsenja, hmmm....

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku sudah membacanya Langit,...
      bagaimana bisa kita terhubung sebagai pencinta langit senja ya pdhl jarak begitu jauhnya,
      sekali lagi blog menyatukan banyak hati.
      aku penasaran. apa kmu lelaki hujannya amelia ?? xixixi...:p

      Delete
  5. Semoga kalian yang masih ada Bapa. Anda bisa memberikan yang terbaik buat Ortu anda

    ReplyDelete
  6. aku belum pernah
    bercerita tentang papa atau ayah
    seperti yang kau tulis indah

    ReplyDelete
  7. ayah memang yg akan mengajari kita utk berani menghadapi kehidupan. sedangkan ibu yg akan menyambut kita ketika rasa takut sudah tak tertahankan :) setelah ibu menghapuskan gundah dan takut, maka ayah akan kembali menggembleng kita supaya menjadi manusia kuat dan berani :) itu pengalaman yg saya rasakan :) salam kenal.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar mba, begitulah...
      terima kasih kunjungannya ya :)

      Delete
  8. Salam hormat buat beliau ya Mbak..
    Senengnya punya Ayah yang penuh kasih dan perhatian. :)

    ReplyDelete
  9. Berbahagialah yang dapat merasakan sentuhan seorang papah yang seperti ini, karena masih banyak orang yang diluar sana yang belum atau pun tidak pernah menemukan sentuhan seorang papahnya yang seperti ini. Sungguh terharu.

    Keberhasilan orang tua dalam mebangun komunikasi yang harmonis dengan anak, dimana kita akan menemukan sebuah goresan tinta ungkapan dari sang buah hatinya.

    Salam,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, meski tidak selalu berlangsung baik...orang tua adalah satu-satunya tempat kita pulang tanpa harus takut kehilangan cinta dan kasihnya seperti apapun buruknya kita.

      Terima kasih Pak ;)

      Delete
  10. ooh hari ayah ya ternyata, kelewat deh aku taunya

    ReplyDelete

Terima kasih kunjungan dan komentarnya, salam.... :)