Pages

11/12/2012

Yang tertinggal pada telisik angin bulan Mei



 Jalanan  merayap padat Gie, langit bersahabat meski beranjak petang dan aku diam memandang lurus kedepan , membiarkan lagu kita terus berputar ulang  sedang tanganku menyetir meski ingatan ku tertuju padamu. 

Aku ingat ketika hari terakhir kita Gie, iya hari itu... ketika kita bertemu untuk terakhir kali. Ketika kita, tepatnya kamu kembali 'waras' dan memutuskan berkata 'cukup'
Cukup untuk menjalani apa yang dulu kita sebut 'cinta', cukup untuk berhenti bicara betapa kamu mengasihiku. Gie,...kita tidak banyak bicara saat itu, aku hanya terus memandangmu. Merekam semua yang melekat pada seorang Gie, caramu memandang, caramu bicara , caramu menggenggam jemariku dan caramu menciumku.
Semua Gie,...aroma parfummu, rambutmu, lengan bahkan kemeja yang kau pakai. Semua yang ada padamu kurekam dan kusimpan dengan begitu rapih dilubuk hatiku.

Kau juga tidak banyak bicara, entah apa yang kau fikirkan karena matamu juga resah. Apa kau juga sedih karena kita akan berpisah ? apakah rasa sakitmu juga separah sakitku Gie ?
Apa kau juga menahan air mata seperti aku ? 
Kita berpelukan erat, aku memelukmu dan berharap waktu membeku selamanya. konyolnya aku,... bahkan ketika akhirnya bayanganmu perlahan hilang, bibirku masih membeku.

Kau sudah pulang ke tempat dimana seharusnya kau berada Gie,.. dan itu sudah lebih dari dua tahun yang lalu. Sayangnya hingga kini aku masih merasakan sakit yang sama seperti ketika kau pergi.

" apa kabarmu kristal ? " suaramu mendadak begitu jelas Gie, ya... begitu jelas dan begitu nyata. Berdiri dihadapanku dengan wajah yang sama, dengan senyum yang sama, mata teduh yang sama. Tapi, sinar itu hilang tanpa jejak... bahkan aku tidak melihat sedikit pun bayangan ku disana. Aku mengutuk waktu karena masih membiarkan aku berdiri pada zona dimana terkadang sosokmu terlihat disana. 

Kupaksakan bibirku tersenyum, dan aku tahu mungkin kau masih melihat dengan jelas bayanganmu dikedalaman mataku. 

" Lupakan aku kris, jangan membuang waktumu untuk mengingat sesuatu yang sudah berlalu. Hidupmu indah, coba lah untuk berbahagia. Kita tidak mungkin kris, mereka membutuhkan kita. Aku ingin kau bahagia..dan aku yakin kita bisa "
 
Aku tersenyum " tentu Gie, kamu tidak tahu betapa bahagianya aku saat ini bersama Arga. Jangan berfikir aku masih mencintai kamu, rasa itu sudah jauh terkubur bahkan hilang. Aku bahagia saat ini... sangat bahagia "

Aku memejamkan mata, dan tersentak oleh suara klakson panjang dan antrian mobil berbaris dibelakang, mobilku diam tak bergerak sedang lampu hijau menyala sejak tadi.
Dan pertemuan sekilas beberapa hari yang lalu sontak hilang dari lamunanku.

Mudah itu untukmu Gie,...kenapa? karena hatimu tak seperti hatiku. Karena lukamu tak separah lukaku. Jangan bertanya kabar dan menguatkan aku...jika dulu aku berharap waktu berhenti saat bersamamu, kali ini aku berharap waktu tak pernah mempertemukan kita.

Segera kupacu mobilku, cepat meninggalkan mobil lain... meluncur dan berkelok, berharap segera sampai dirumah. Satu hal yang aku sesali Gie, aku belum bilang betapa aku mencintaimu. Betapa berharganya kenangan dan hari-hari kita dulu, aku dulu belum mengatakannya meski kini tak ada gunanya jika diucapkan.
Kamu tahu Gie,...arga tahu bagaimana perasaanku, dan inilah hukuman yang tengah kujalani karena berani jatuh cinta pada sesuatu yang bukan milikku.

" Kita bertahan disini demi anak semata wayang kita Kris, aku tahu perasaanmu sejak awal dan kamu juga tahu aku terlalu lelah meyakinkan kamu. Aku sudah tidak berharap banyak pada ikatan ini. Kita lihat sampai dimana kita bisa bertahan" Arga menatapku tanpa ekspresi, saat aku mengakui bahwa perjalanan kami selama ini tidak cukup menumbuhkan cinta luar biasa. Hingga akhirnya hadir kamu Gie, arga tahu perasaanku meski dia tidak tahu bahwa kamulah pemilik hatiku.

Aku melangkah masuk ke dalam rumah, di meja rias tertempel selembar note kecil bertuliskan tangan Arga " aku menginap dua malam di villa, Bintang aku ajak "
Aku remas selembar note itu, berjalan berkeliling ruangan di dalam rumah. Ada rasa sunyi yang terasa menusuk hati, aku bahkan tidak memiliki siapapun. Tidak Arga,... tidak juga kamu, Gie... aku sesunyi langit malam tanpa bintang. Kau tidak akan pernah tahu Gie,..aku harap aku cukup meyakinkanmu bahwa aku baik-baik saja.

Aku biarkan air dingin mengucur membasahi seluruh tubuhku, mandi lalu berwudhu.
Aku biarkan bibirku khusuk menyebut namaNYA, aku lebur kehampaanku diatas sajadah dan aku tahu, aku masih dan akan slalu bisa menggandalkan DIA ditiap saat hidupku.
" Rabb,...mungkin kini tiba saatnya dimana aku harus mengerti, bahwa ada orang-orang yang hanya Engkau hadirkan didalam hati tapi tidak dalam kehidupan. Bolehkah aku kembalikan rasa ini padaMU...? aku tidak ingin menyimpannya lagi. "

Angin dingin bulan Mei pelan menelisik melewati kisi-kisi jendela yang masih terbuka, membawa cerita-cerita pada masa lampau melewati waktu menemui masa kini. Hening...


~ The End ~

Mendadak ingin belajar menulis cerita fiksi, ternyata menyenangkan membiarkan imajinasi dan khayalan kita berkelana. Meramu kata menjadi cerita,... yang kadang terlintas begitu saja, cerita yang kudengar, atau kutemukan pada tumpukan lagu atau puisi. Komentar dan kritikannya ya sob... :)     


 Image FromGoogle

43 comments:

  1. membaca tulisan ini, jiwaku selaksa terbang, dan jatuh pada sosok gadis di bawah payung jingga, tujuh tahun lalu ketika hujan membasahi wajahnya yang bening. Salut buat mbak Irma. Salam:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahhh senangnyaa, jika berhasil menghadirkan ingatan indah untukmu mas :)
      terima kasih yaaa.......^_^

      Delete
  2. aaaaa suka suka suka sukaaaa

    ReplyDelete
  3. apa ya. bingung mau komen apa. ide ceritanya bagus. alur maju mundurnyanya juga oke.
    terus berkarya aja deh mbak. ada potensi besar untuk bikin kumcer atau novel.

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah trima kasih masukannya roel,jadi semakin semangat untuk belajar lagi. aminn...insyaallah :)

      Delete
  4. kalo ada minat belajar nulis cerita fiksi kenapa enggak dicoba aja mbak :)
    sapa tau kedepannya mbak senja dapat menerbitkan sebuah karya novel :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Akhir-akhir ini pengen banget bisa nulis cerita atau fiksi, aminn...makasih ya Akira ^^

      Delete
  5. jempol, aku belum bisa bikin cerita sebagus ini...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahhh,...terima kasih, msh belajar...bahkan baru saja mba :)

      Delete
  6. No koment dah...
    terlalu bagus untuk dikomentari...
    msh belum kapasitas saya untuk mengomentarinya

    #dalam hati berkata, kapan ya tulisan sebagus ini bisa ada di Media Robbani

    ReplyDelete
    Replies
    1. Padahal tulisan mas Insan juga luar biasa indah, btw trima ksh untuk kmntrnya :)

      Delete
  7. kok THE END..

    to be continued dunk.... :)

    salam kenal,, sukses dengan cerita fiksinya yaa :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. nambah ya, hehe.... makasihh salam kenal juga ya :)

      Delete
  8. "....bahwa ada orang-orang yang hanya Engkau hadirkan didalam hati tapi tidak dalam kehidupan" Ah...rasanya saya paham dengan pengakuan jujur ini. Hal yg tak jarang kita jumpai sebagai pembenaran utk menomorduakan hati dan perasaan orang yg selalu ada untuk kita dalam suka dan duka

    ReplyDelete
    Replies
    1. terdengar egois ya, tp begitulah..cerita ini terlintas dari status fbku sendiri. meski mksd statusku td untuk yg berkaitan cinta romantisme melulu...

      makasihh mba ^^

      Delete
  9. enak banget bacanya mba,tapi kurang panjang nih...masih pengin baca lagi... :-)

    ReplyDelete
  10. Alur maju mundurnya bagus. Dan kalau dibaca sekilas justru alurnya itu tidak kelihatan dan bikin bingung maksudnya apa.

    Solusi ceritanya juga bagus, ada hikmah yang bisa dipetik.. :D

    ReplyDelete
  11. keren nih, mesti bolak-balik baca biar paham. hahaha
    ada kepuasan tersendiri kalo bisa bikin fiksi mbak, semoga saja saya bisa :)

    ReplyDelete
  12. Dunia Fiksi adalah dunia yang hampir tanpa batas sehingga tak akan habis buat ditulis

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar,..imajinasi apapun bisa kita tuliskan :)
      makasihh ya

      Delete
  13. Ayo semangat terus nulis fiksi nyaaa..ditunggu selanjut nya yaaa :D

    salam hangat..

    ReplyDelete
    Replies
    1. semangattt,...iya sedang ingin byk menulis fiksi nih :)

      Delete
  14. Saya juga belakangn ini sangat tertarik dengan tulisan fiksi mbak :)
    Pengen deh buat cerpen yang begini ^^
    Kapan2 buat cerbung ya mbak. Hihi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihi...yuk...yuk belajar ^^
      hemm, cerbung ya ? nanti ya kalo udh canggih nulisnya :)

      Delete
  15. My brother recommended I might like this blog.
    He used to be totally right. This submit truly made my day.
    You cann't imagine just how much time I had spent for this information! Thank you!
    Feel free to visit my weblog :: amphora pipe tobacco

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thank you so much, thank you for apreciate to my blog
      ^_^

      Delete
  16. waw... kata"nya indah bgt kak..
    ceritanya jg keren..
    ditunggu cerita selanjutnya.... :D
    hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. hhehee...terima kasih ya komentator tanpa nama :D
      sayang sekali... *_*

      Delete
  17. mbak Irma ini udah jago puisi, jago bikin fiksi pula.. :D

    ReplyDelete
  18. Gie?
    seperti "anonim" di blog saya?
    Bagus mbak, as always. *hugs*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh ya,...?

      hihiii...nama itu yg terlintas Gek :)

      Delete
  19. sedih bgt sob..
    mataku ampe berkaca2 membacanya..
    kasihan Bintang, gmn nasibnya tuh.

    terusin aja ceritanya sob, biar jd novel..
    :)

    ReplyDelete
  20. nah lho, kok ayah nggak pernah tahu fiksi ini ya? tapi kalau melihat tanggalnya ini adalah saat sibuk-sibuknya memotret anak sekolah buar rapor, karena tanggal 12 nya fullday ikut acara dialog hukum di restoran harum manis, terus bersama ananda dan Mira ke Sahid, malamnya ke Kompas, peluncuran buku Cincin Api... :-)

    ReplyDelete

Terima kasih kunjungan dan komentarnya, salam.... :)