meringkuk disudut,
adakah yang mampu membangunkanmu,
tuk sekedar membuka jendela,
membiarkan cahaya menelusup agar tak redup ruangmu.
**Aku tlah sampai ujungku,
langit tak pernah berkata cukup,
tiba ku pada kesadaran aku kosong,
aku bahkan mulai enggan perduli.
semalam tadi air mataku menderas,
pagi ini,smua menatapku!
tlah kukatupkan bibirku,aku malas mendengar penghiburan.
Usahlah menjadi sok memahami aku,
cukup membiarkanku,meski disebuah sudut aku tampak menyedihkan.
Usah membiarkan dada bidangmu untukku,
sekian waktu aku tak pernah membutuhkan itu.
Tahukah kau,…
aku mulai mengerti,
saat selaput pekat turun,bibir akan bicara kebenaran rasa yang tersimpan.
Alangkah naifnya kau dan aku.
ibaku pada kehebatanmu,
ibaku pada arogansiku katamu.
Kita terikat pada satu episode panjang,
entah kapan jalan bergandengan,
atau akan kian bersebrangan.
Sedari semalam tak sepatah kata terucap dari bibirku,
aku tidak sendiri tapi betapa kesunyian menggigilkan relung dan sendiri-sendiku.
Aku takut, kesenyapan ini mematikan seluruh indera perasaku.
Seperti waktu yang lampau,aku tertatih lalu mencoba berdiri.
Kini aku mulai menyadari,sekedarnya aku bagimu.
Kuputuskan berjalan saja,…lewati saja.
Setidaknya,…aku punya tempat untuk pulang, pulang ke rumahMU.
*Wanita bertudung kabut masih membeku,
apapun yang mencoba membangunkanmu urung lalu pergi tertunduk.
bagussssss banget :)
ReplyDeleteanyway...salam kenal yah. baru nii di dunia blog...mohon bantuannya...xixixix ;))
makasiii
bagus kata2nya!!
ReplyDeletedapat inspirasi dari mann??
visit my blog
salam ya buat kodoknya hehehe
ReplyDeletekayaknya bagus...
ReplyDeletehehe maap, paling gaptek kalo disuruh mengapresiasi puisi...
Merinding bacanya :)
ReplyDeleteTampilan baru ni mba, hehe. UDah lama ya gak berkunjung...
dua mu... mu dan Mu ya mbak? eh ya ngga sih
ReplyDeletembak senjaa..
ReplyDeletekl mau koment harus ke bawaaaaaaaaah terus,,
kykna emang harus ganti template nih :D
Ada apa dgn wanita berkerudung itu..mengapa dia menjadi tidak bersemangat.
ReplyDeleteSemoga saja adekku tetap semangat ya...
tetap semangat dan terus berkelana di dunia yang penuh warna ini
ReplyDeletemenutup diri kadang hanya membuat luka menjadi semakin terasa, ada kalanya semua harus meleleh dengan sebuah cerita ....
ReplyDeletepuisi yg manis banget nih.
ReplyDeletepulang kerumahMU
ReplyDeletesetiap saat dijemput dalam beku
Serius Mba, puisinya bagus dan dalem banget. Mba emang paling teope begete deh kalo ngerangkai kata2 :-)
ReplyDeletesuka mb baca puisinya...
ReplyDeleteaku follow y blognya, salam kenal.
:) :)
ini puisi keren nih.,.,.
ReplyDeletemengalir lembut
Mbak... kemanakah semangatnya pergi? Mbak Irma yg kukenal biasanya sangat kuat menghadapi segala masalah. Semangat ya mbak...
ReplyDeletePuisinya sangat sedih dan terkesan putus asa... semoga itu tak menggambarkan mbak Irma ya..?
ReplyDeleteJadi sedih nih rasanya.
kesedihan pun mampu melahirkan keindahan .. spt puisi mbak irma
ReplyDeleteselamat pagi...
ReplyDeletepagi-pagi langsung sarapan dengan seporsi ibu guru ini...hmmmm merinding namun indah...^_^
kunjungan pertama....
ReplyDeletepuisinya keren banget.... ^__^
salam kenal........
Speri biasa, puisinya buat orng merinding, hihihi
ReplyDeleteAp kbar T'Irma, gmn blognya?
Wanita yang bertudung kabut memendam luka sampai batasnya.
ReplyDeleteAhk. . Kamu, cukup sudah kisah ini. Kini saatnya berjalan menuju peraduan Mu.
salam.. .
Senja, aku bingung sebenarnya ini cerita atau curhat kamu sis...
ReplyDeleteEmm keren yah!
ReplyDelete:)
Judulnya Menepikan Hati,
keren
salam kenal mua na yah:)
jangan lupa singgah tempat Clara yah.
thanks
...menyentuh bgt :)
ReplyDeleteduh dadaku gak bidang juga nih... :)
ReplyDeleteterasa banget kesepiannya :(
ReplyDeletebagus teh poemnya...
ReplyDeletetepikan hati di ujung harapan, disaat semua sandaran tak dapat dituju. hanya Rabb yang mengerti akan isi hati ini.
ReplyDelete