Untuk apa ?

Image by Google

Hari ini saya benar-benar berkeliling sejak pagi diluar rumah, diawali ke klinik lalu 'ngasuh' krucil yang pengen nonton dan jali-jali ke mall. Kebetulan mama dan papa saya juga sedang berkunjung ke Bekasi. Setiap awal tahun saya memang harus persiapan menjalani pemeriksaan rutin terkait kesehatan saya, dan tadi agak dicemberutin gitu sama pasien lain karena kelamaan di ruang dokter kayanyah xixixii... begitu saya keluar ruang, ibu yang duduk antri pada asem :)))
Maaf ya bu, tadi malah asyik rumpi sama dokter saya yang baik hati ituh.

Jadi apapun keluhan saya, teuteup apapun bentuknya kudu di follow up karena history saya yang lumayan agak panjang terkait kesehatan. Jadi ada jadwal lanjutan untuk check up bertemu specialist besok atau awal minggu depan. Hemmm, saya sempet cerita-cerita dengan dokter klinik tadi, dan dokter sempet ngingetin saya juga tentang jadwal check up kolonoskopi saya awal tahun nanti.

Rempong ya kalo ngomongin soal RS dan medis, asli deh... makan waktu, makan biaya belum lagi emang enak jadi pasien ituh apah ??. Saya jadi teringat curhat seorang teman disosial media beberapa hari lalu yang katanya merasa dibodohi sama seorang sahabatnya yang mengaku sebagai survivor kanker tapi sebenarnya dia gak pernah sakit kanker. Saya sempat bengong sekian menit mendengar ceritanya, dan gak habis pikir mengapa ada orang yang mau berpura-pura sebagai survivor atau pasien kanker ???
Ya ampuunn,... serius ada yang mau berpura-pura pernah sakit kanker ? untuk apa ? apa dia gak tahu seperti apa jika kanker menyapa kehidupanmu ? Apa gak takut bahwa kebohongannya itu akan menjadi doa dan terjadi ?. Saya gak habis pikir jika ada orang yang mau berbohong pernah menjadi pasien kanker, dan sungguh-sungguh mempertanyakan untuk apa bersikap seperti itu ??

Sebelum saya bersikap terbuka mengakui bahwa ya saya seorang penyintas, dulu saya seringkali malu mengakui bahwa saya menderita kanker. Seringkali saya berpura-pura hanya sakit biasa padahal saat itu saya sedang menjalani pengobatan kanker.
Saat itu ada kalanya saya merasa tidak nyaman menerima tatapan yang sulit saya artikan entah bermakna apa. Tatapan penuh keheranan,penghakiman atau tatapan iba... dan saya gak nyaman menerima pandangan mereka. Belum lagi berbagai macam reaksi yang pernah saya terima, seolah saya adalah orang yang akan 'pergi'. Hehehe...padahal semua orang juga akan pergi lah ya ;)

Dan mendengar curhat seorang teman yang kecewa karena dibohongi seseorang yang mengaku pernah menderita kanker benar-benar membuat saya prihatin. Saya hanya berpikir, untuk apa teman ?
Sungguh, tidak ada yang mau menjadi seseorang yang berada dalam zona itu jika kamu tahu apa yang akan kamu rasakan dan akan kamu alami.

Semua hal memiliki alasan, mungkin teman dari teman saya pun begitu... tapi sekali lagi untuk apa??.