Mama adalah pelita setiap gulita hidupku, doamu adalah penerang langkahku 
Dear Mama,... 
Dan ketikan jemariku terhenti dikata 
pertama ketika mengingatmu dan mataku mulai berkaca. Bagian mana yang harus aku tuliskan 
disini tentang kecintaanmu pada anak-anakmu Ma ? Bagian mana yang harus 
kuabadikan dalam aksara, karena semua mengabur dan menjadi butiran 
bening yang mengalir dari sudut mataku saat mengingat 
pengorbananmu bagi kami. 
Tentang kesakitan dan tetesan
 darahmu saat melahirkanku...tentang malam-malammu yang terjaga ketika 
menemaniku saat aku merengek sepanjang malam. Tentang langkah-langkah 
pertamaku yang membuatmu lelah karena ku berlari kesegala arah, tentang
 kenakalanku , tentang perlawananku kala masa remaja yang membuatmu 
mulai mengurut dada. Tentang kecemasanmu pada pilihan-pilihan hidupku.
 Tentang keluhan-keluhanku dan kegelisahanku yang kadangkala tak peka 
kutumpahkan padamu, tentang kesakitanku , tentang konflik hidupku , 
tentang debat-debat kita karena aku kadang sok pintar dan sok benar. 
Bagian
 mana yang harus kutuliskan atas semua rentetan kecemasan yang kuberikan
 padamu, tentang kekhawatiran yang harus kau rasakan karena aku. Bagian 
mana Ma ? karena semua episode hidupku selalu ada doa-doamu yang tanpa 
lelah mengiringiku. Selalu ada cinta kasihmu yang tak pernah berubah 
arah apapun adanya aku. 
Tidak akan usai jika harus 
kutuliskan betapa berartinya dirimu bagiku Ma,...tidak akan terbalas dan
 terbayarkan meski seisi dunia kuberikan padamu untuk membalas semua 
cinta kasih dan pengorbananmu. Bahkan Allah mensyaratkan keridhoanNya 
karena ridhomu. Bahkan Allah menutup semua pintu kebaikan dan ampunan 
tanpa keikhlasanmu. 
Mama,... di hari ibu ini, aku 
hanya ingin mengatakan 
terima kasih untuk cintamu yang tanpa akhir. 
Untuk kasih sayangmu yang menyembuhkan, untuk kesabaranmu yang tanpa 
batas, untuk ketulusan dan air matamu yang meneduhkan. Mama,... neng sayang mama. 
“ Ya Allah,...terima kasih untuk anugerah terbaik yang kumiliki yaitu Mamaku “