Dear Diary virtualku,...
Hari ini penghujung tahun 2021, langit tampak sedikit berawan meski sesekali cahaya surya terlihat seolah enggan absen menyinari hari penghujung tahun. Hari ini entah mengapa aku ingin mengulang kebiasaan lama yang nyaris sudah lama tidak aku lakukan. Meluangkan waktu sendirian mengunjungi kedai kopi, membawa laptop kesayangan yang entah sudah berapa lama tidak kubuka. Menghabiskan hari jelang sore dengan secangkir kopi, sementara jemari dan hati saling bicara menjadi lisan yang aku harap sedikit bisa menguapkan berisik dikepala.
Tahun 2021 akan berakhir, salah satu tahun terberat yang pernah kulewati. Mungkin menjadi tahun yang berat juga untuk sebagian orang. Pandemic yang tak kunjung berakhir, bayangan kehilangan yang aku yakin menyadarkan banyak orang tentang betapa fananya hidup ini.
Pandemic membuat banyak orang kehilangan yang tercinta karena virus melanda hampir semua belahan dunia. Ditahun ini aku kehilangan banyak kerabat yang berpulang, ibu mertua yang kukasihi dan Papaku tercinta yang tanpa ampun memukul hatiku pergi tepat di hari ulang tahunku di 8 Agustus 2021.
Papa pergi menjadi salah satu kehilangan besarku tahun ini, betapa penyesalan masih belum pulih meski waktu terus berlalu. Padahal sudah 4 bulan Papa meninggalkan kami untuk selamanya. Semakin waktu berlalu, aku justru menghindari melihat foto-fotonya atau mengingatnya. Karena jika diingat atau melihat kenangan bersama Papa, justru dadaku sesak. Aku yakin itu juga yang dirasakan suamiku jika mengingat almarhum Ibu mertuaku. Menghindari melihat, atau membicarakannya. Menyimpan rapat dan hening ingatan kehilangan orang tua kami yang pergi dalam rentang waktu 1 bulan berselang. Bahkan menuliskan ini tiba-tiba saja membuat dadaku sesak dan berdebar keras, mungkinkah luka kehilangan masih belum kunjung sembuh. Padahal aku ikhlas, menerima takdir Allah sebagai bentuk keimananku kepadaNYA.