Hari ini tanpa direncanakan bisa bertemu dengan sahabat saya karena jadwal ke dokter mundur ke sore hari, efek atau reaksi obat sudah agak reda, ada beberapa jejak ditangan, wajah dan kaki sudah tidak terlalu nyata. Atau mungkin karena memang sudah membaik sih dibanding hari sebelumnya. Soulmate yang saya kasih bocoran foto saya saat kondisi terparahnya sampe memekik kaget #heuuuuu lebay ah :))
Ada obrolan panjang hari ini, kebanyakan ya saling berbagi kehidupan masing-masing. Berbagi tawa judulnya, karena sebenarnya bisa jadi ketemuan tadi itu hanya salah satu cara dia untuk mensuport saya. Ngobrol ngalor-ngidul sampai tercetus kalimat dari bibir sahabat saya, kalau saya ini termasuk perfectsionis ( bener gak ya nulisnya ?). Alasannya meski sakit separah apapun saya selalu ingin terlihat baik (berpenampilan baik,gak kaya orang sakit), gak mau terlihat seperti pesakitan. Jangankan sekarang di mana saya hanya follow up dan berobat jalan, saat kondisi di rawat pun saya selalu berusaha rapih dan tampil baik-baik saja, kalau perlu lagi diinfus pun saya mandi dan berdandan ( dandan rapih bukan make up). Sebenarnya bukan persoalan sok kerapihan atau sok kecakepan sih, tapi saya percaya bahwa berusaha tampil baik adalah cara saya menghargai diri sendiri dan orang lain, dan tidak menunjukan kesakitan kita dengan berpenampilan menyedihkan adalah salah satu bentuk usaha saya kembali sehat. Saya tidak ingin memuaskan orang-orang yang ingin melihat saya lemah. #Ngikkkk
Terlihat buruk dalam artian sakit dan kita tunjukan kesakitan kita dengan berpenampilan menyedihkan itu bukan saya. Meski di saat tertentu saya juga sering kelihatan buruk, bisa jadi itu adalah usaha saya yang paling keras untuk terlihat baik dan saya gagal.
Ada makna kehidupan lain juga yang saya dapatkan hari ini, bahwa kita tidak bisa memuaskan/menyenangkan semua orang. Kita tidak bisa berharap semua orang memahami kita, mungkin sebagian yang mengenal kita akan mengerti tapi bagi yang lain ? ...Jika saya selalu berusaha memaklumi banyak hal, belum tentu saya mendapat pemakluman yang sama dari orang lain. Sebagian orang membentengi diri dengan bersikap keras, dan saya selalu iri dan ingin bersikap seperti itu tapi sayangnya saya tidak bisa. Kadangkala saya memang keras tapi biasanya saya keras untuk diri sendiri, untuk membuat saya mengerti dan tidak menjadi semakin lemah. Bersikap diam dan terlihat masa bodoh juga bukan karena saya tidak perduli pada banyak hal, tapi itu cara saya untuk menghargai dan tidak menjadi 'nyinyir' pada kehidupan orang lain.
Ngapain sih kalo sakit ya diem aja gak usah share juga di socmed ? hemmm...iya juga sih, dengan ngeluh di socmed sebenarnya gak membuat sakit difisik saya reda. Saya juga gak ngerti sebenarnya, mungkin karna ada rasa legakah disaat saya mengeluarkan rasa ketidaknyamanan ? karena saya merasa tidak sendiriankah ? atau karena dalam kehidupan nyata saya harus menguatkan diri saya sendiri ? ada bagian diri saya yang ingin merasa manja? ada pembelaan pada diri saya, kalau saya begitu memahami orang lain kenapa kalian juga gak coba memahami saya ? jika saya gak pernah nyinyir pada orang lain, kok kalian nyinyir ?. Akhhh iyaaa,...tentu karena kalian belum pernah berada di zona yang sama seperti yang saya rasakan. Masih banyak kok yang lebih parah... iya benar.
Saya pernah baca seorang survivor kanker yang lumayan terkenal sekali di google, survivor kanker payudara stadium 1. Betapa dia luarbiasa berjuang dan lalu sembuh... saya merasakan apa yang dia rasakan saat membaca catatan kehidupannya pada sebuah web. Dan saya pernah mengalami lebih dari yang dia alami. Saya survivor kanker kolon stadium 3. Tapi bisakah kita membandingkan kehidupan kita dengan orang lain ? bahkan tingkat jatuh cinta masing-masing orang saja berbeda cara mendefinisikannya, begitu juga dengan rasa sakit dan memandang kehidupan ini.
Saya bukan pasien manja, sebisa mungkin meski dalam kondisi sakit dan saya masih sanggup berdiri saya akan berusaha nyetir sendiri. Saat khemotheraphy ketika kondisi saya masih bisa khemo dalam rawat jalan, saya bahkan selalu sendirian. Suami hanya mengantar lalu mendrop saya di RS untuk kembali ke kantor dan saya menjalani khemo sepanjang hari, sendiri. Saya seringkali tertawa keras dihadapan dokter lalu menangis diparkiran. Saya tetap tersenyum saat beberapa orang mentertawakan kesakitan saya ?. Tapi saya juga manusia biasa yang punya batas merasakan, saya harus punya tempat sampah untuk menampung semua perasaan yang saya rasakan. Suami saya adalah lelaki yang sangat baik, pemapah hebat yang melihat bagaimana saya jatuh atau tersungkur. Saya enggan menjadikannya tempat sampah saat saya ingin menulis lalu menjadikan ungkapan hati saya lisan kehadapannya. Bukankah sudah cukup beliau melihat.
Akhir-akhir ini ada beberapa orang yang mengkritik saya soal narsis, soal kesukaan saya difoto atau mengabadikan sebuah moment. Entah jika katanya itu juga salah satu tanda masalah psikologis. Mungkin iya itu terjadi pada saya, entahlah...
Saat ini bisa dibilang kondisi saya baik, seorang sahabat blogger dikomunitas berbasis wilayah pernah mengatakan pada saya belum lama ini. " Sekarang irma keliatan segar, beda banget dulu waktu mulai berkomunitas. Dulu lihat irma tuh puceet banget dan keliatan ringkih banget "
Dan kemarin saat saya mengupload foto saya, anggap saja menurut saya fotonya enak dilihat kenyataannya saya sedang berjibaku dengan efek obat. Wajah saya merah-merah...tangan, kaki, wajah juga sembab. ( itu foto dua hari sebelumnya ) Tampak ironis memang... :D
Saya menyimpan semua file-file foto saya di komputer dan juga di copy flshdisk pribadi saya. Jangan tanya jumlahnya, senarsis itukah kamu Neng ?? Mungkin... :)))
Tapi jika kalian pernah berwajah pucat seperti vampir, bahkan suami saya bilang suhu tubuh saya dulu gak pernah sama seperti orang kebanyakan karena selalu dingin. Kulit tubuh lebam dan memar-memar, kuku-kuku jari berubah ungu, kurus dan tampak tidak segar, rambut menipis, dan kondisi lain yang gak ingin saya sebutkan. Bisakah memahami saat kita dalam kondisi baik dan ingin kita abadikan ?. Terus terang saya takut hal itu saya alami lagi, ada perasaan mumpung saya baik...mumpung saya sehat saya ingin mengabadikannya. Meski setelah tahu tentang ilmu lintasan prasangka, saya tepiskan jauh-jauh dari pikiran dan kekhawatiran saya. Sisanya mungkin saya narsis beneran #Whateverlah.
Tulisan ini saya buat sore tadi tapi tidak saya selesaikan dan saya biarkan tersimpan dalam draft dan tidak berniat saya publish. Lalu tengah malam ini saya terbangun, sulit tidur dan akhirnya malah berfikir banyak hal. Eh malah buka lappy. Saya juga jadi ingat suport dan celetukan sahabat saya siang tadi, tentang bagaimana cara dia mensuport saya dengan caranya sendiri. Tentang betapa sesungguhnya saya sering merasa tidak nyaman dengan diri saya sendiri pada beberapa kondisi bersama teman-teman. Tentang betapa sulitnya saya menjadi supel dan seriang dan seakrab kalian dalam bernteraksi dengan banyak orang dalam kehidupan offline. Dan tentang betapa saya mendapatkan banyak hal indah penuh warna dan manfaat yang membuka mata saya diantara cubitan-cubitan kecil yang saya rasakan di dunia online.
Dalam kehidupan saya, diajarkan bagaimana caranya salah atau tidak salah untuk belajar meminta maaf. Kali ini ijinkan saya hanya ingin menumpahkan apa yang saya rasakan dan tidak ingin mengubah apapun yang ada pada diri saya. Karena tentu saja saya tidak bisa menjadi orang lain hanya untuk memuaskan semua orang. Dan mendadak pintu kamar diketuk, Sean jagoan kecil saya yang juga tertidur sejak sore terbangun dan bilang gak ngantuk. Jam didinding pukul 03.30 pagi loh,...mari hentikan berceloteh di rumah virtual dan giliran berceloteh dengan jagoan saya.
" Seringkali kita hanya memahami nyanyian yang sama, irama lainnya akan
tampak sumbang. Tapi selalu ada saat menyamakan nada bahkan pada sebuah lagu usang sekalipun "
~ Irma Senja ~
Aku yakin tulisan mba irma banyak menjadi inspirasi orang2 lain utk tetap semangat menjalani hidup, salah satunya ya aku hahahaaaaa
ReplyDeletehihihiii,...postingan dini hari saat gak jelas ituh milaaaaa :)))
Deletesetiap orang mempunyai cara sendiri untuk semangat ya mbak... dan semoga mbak irma selalu bersemangat yaaa...amin,
ReplyDeleteapalah kata orang mbak yang baik diambil yang ga sreg ya biarin aja :D
ReplyDeleteKeep smile :D
selalu semangat ibu guru:-D
ReplyDeletesuka banget ama quotenya.. :)
ReplyDeleteudah hari selasa nih mak, baru bisa mampir :) jadi lebih semangat nih bacanya
ReplyDeletegak usah denger kata-kata orang yang menjatuhkan, neng ...
ReplyDeletePilih saja kalimat2 positif yang melangitkan kebaikan. Bukankah itu yang biasa neng Ir lakukan?
(*big hug
Tulisan2 Irma termasuk yang menguatkan saya lho selain tulisan2nya De.
ReplyDeleteBisa terlihat kuat di saat sakit, itu luar biasa banget.
Jadi inget omongan Nchie, kalau kemarin ke pangalengan kita berdua ikut, paling2 cuma jadi penonton aja .. hehehehe