Review dari buku dan filmnya sudah banyak sekali di internet. Teman-teman bisa dengan mudah browsing dan membaca atau sekalian nonton filmnya yang sedang tayang saat ini di bioskop.
Aku hanya ingin menuliskan perasaanku terkait novel dan filmnya. Ada satu kalimat dari begitu banyak dialog indah pada film ini yang begitu aku ingat. Bahwa rasa sakit menuntut untuk dirasakan.
Ya,...penerimaan yang paling baik adalah berdamai menerima kenyataan kanker ada pada garis nasib hidup kita. Dan menerima rasa sakitnya, karena rasa sakit selalu menuntut untuk dirasakan.
Kalimat ini seolah menjadi matra saat aku merasakan kembali rasa sakit pada tubuhku. Aku menuntut tubuhku untuk menerima dan kuat untuk merasakan sakitnya. Karena penghiburan dan lainnya tidak akan mampu mengatasi rasa sakit selain diri kita sendiri. Pasien penyintas sepertiku yang pernah merasakan berada dalam kondisi pasrah saat tubuh kita harus menerima suntikan morfin untuk menghilangkan rasa sakit, mungkin akan memahami kalimat ini dengan sebenarnya meski dalam pemahaman yang berbeda-beda.
Hazel dan Augustus dua tokoh dalam film ini menghadapi kanker dan kematian dengan berani. Mereka hidup bersama kanker, berada dalam zona yang sama membuat keduanya seolah saling memiliki satu sama lain. Cinta diantara mereka menguatkan dan membuat hidup lebih berwarna disela penderitaan dan rasa sakit. Sekali lagi cinta digambarkan dengan begitu indah, percayalah hanya cinta yang membuat rasa sakit menjadi sedikit terabaikan.
Film ini membuatku cengeng secengengnya, sepanjang film ini air mataku gak berhenti mengalir. Ada bagian dalam diriku yang begitu sesak, mungkin trauma atau mengasihani diri teringat hari-hari berat dimana aku menjadi beban dan pusat kekhawatiran keluarga yang mengasihiku. Bagiku peperangan dulu mungkin hanya tentang rasa sakit, tapi bagi keluargaku barisan rasa cemas, takut dan lelah. Mengingat pengorbanan mereka, mungkin itu salah satu alasan air mataku mengalir. Dokter tidak pernah berkata bebas, sekali kanker menyapa hidupmu dia akan mengawasimu disana menunggumu kembali lengah. Dan sejujurnya aku ingin berkata tidak, tapi jika bersikap masa bodoh membuatku lengah aku lebih memilih waspada.
Film ini tidak hanya membuat mataku sembab saat keluar studio, film ini juga mengingatkan kembali tentang memaknai hidup dengan baik. Tentang mensyukuri segala sesuatunya, karena kita tidak punya 'selamanya' , hidup hanya perjalanan yang sementara, hingga pada akhirnya kita kembali pada yang hakiki. Bedanya bagi pasien kanker seperti pada film ini yang berada pada stadium akhir hanya mereka sudah diberitahu nomer panggilan untuk bersiap menuju keabadian. Yang lainnya masih menjadi misteri kehidupan.
" Kanker mungkin hanya salah satu cara Tuhan menuntutmu menjadi lebih kuat seperti bentuk kasih sayang Tuhan lainnya " ~ Irma Senja
" You dont get to choose if you get hurt in this world , but you do have some say
in who hurts you" ~ The Fault in Our Star
Peluk mbk irma...^^
ReplyDeleteWah..jd penasaran sama filmnya q mbk..pgn nonton jadinya :)
Ayo nonton mba, mba akan merasa sangat bersyukur dgn nikmat sehat :)
Deletesaya juga pasti akan menangis mak jika menonton filmnya atau membaca novelnya, setelah membaca sedikit cerita dari mak Irma ini.
ReplyDeleteCeritanya memang mengharu biru meski digambarkan dengan ringan mak :)
Deletepenerimaan yang paling baik adalah berdamai menerima kenyataan kanker ada pada garis nasib hidup kita. Dan menerima rasa sakitnya, karena rasa sakit selalu menuntut untuk dirasakan.
ReplyDeletesuka kutipan yang diatas mba...
Jadi kepengi baca Novelnya dan liat filmya deh
Terima kasih mba,...silahkan nonton filmnya, sdg tayang di bioskop2 di jkrt saat ini :)
DeleteMba Irma... film ataupun buku yang berkisah ttg kanker memang selalu menguras emosi ya mba.. mungkin Karena kit a sebagai penyintas, merasakan betul apa yg terjadi dngan si tokoh.
ReplyDeleteBtw, di Kaltim belum main film nya mba. Masih menunggu dengan setia disini pengen non ton...
Pelukkk Dan tosstt.. :)
Benar mba, menurutku itu juga alasannya... karena kita berada pada nasib yang sama, meski dgn kanker yg berbeda tentu saja. :)
DeleteHugs and kisses... semangat mbak Irma ^^
ReplyDeleteDr minggu lalu pengen banget nonton ini blm kesampean..suamiku ga mo diajakin nonton film melow gini :(
Suamiku jg melarangku untuk menonton film ini, dia agak khawatir dgn efek psikologis setelah aku nonton film ini. Iya sih,,,aku mewek sepanjang filmnya, tp penuh rasa syukur krn berhasil melewati saat2 menyakitkan itu....allhamdulillah :)
DeleteNama pengarang bukunya salah tulis tuh, Neng, di paragraf awal *teuteup* :))
ReplyDeleteDaripada sedih-sedih, yuk, sini, kita ngebakso aja :*
hihihi, teuteuuup...yuk makte ^_^
DeleteAku punya dua bukunya, Inggris dan Indonesia, tanpa mengurangi rasa hormat pada penerjemahnya, buku yang versi Indonesia nggak kelar2 bacanya :(
ReplyDeleteBelum nonton filmnya, khawatir ilfil karena nggak sesuai dengan buku hehehe norak ya :)
aku baca buku versi indonesianya mba :)
DeletePenerimaan yang paling baik adalah berdamai menerima kenyataan kanker ada pada garis nasib hidup kita. Dan menerima rasa sakitnya, karena rasa sakit selalu menuntut untuk dirasakan.
ReplyDelete--> ini berlaku untuk setiap penyakit juga ya Mak. Dan semangat hidup memang bisa menyembuhkan atau membuat seseorang bertahan.
*Hug*
Iya mak, menurutku ini untuk setiap penyakit juga :)
Deletewah, sy termasuk orang yang gampang sekali mengeluarkan air mata saat baca atau nonton yag mengharu biru, apalagi tentang penderita kanker ya, krn ayahku juga mengalami kesakitkan saat menderita kanker, jadi tahu deh kondisi yg dialami penderita
ReplyDeleteBenar mba, kisah2 seperti ini memang sangat menguras perasaan dan emosi ya
Deletesemoga lekas sembuh, sesembuh-sembuhnya :)
ReplyDeleteamiin,...trima kasih mba :)
DeleteOrang biasa aja nangis2 baca/nontonnya, apalagi mba Irma yg pernah ngerasain...
ReplyDeleteSaya blum kesampaian nih baca buku / nonton filmnya :(
Benar mba,...film ini menguras emosi *_*
DeleteBagiku peperangan dulu mungkin hanya tentang rasa sakit, tapi bagi keluargaku barisan rasa cemas, takut dan lelah. ==> jleb banget .. :)
ReplyDeleteJlebb tapi sepertinya begitu bagi mrk yang mengasihi kita teh :)
DeleteUntuk yang pertama kepingin baca novelnya.
ReplyDeletetapi masih ada gak ya di bookstore bukunya mbak?
Masih banyak di gramedia mba :)
DeleteMak... sepertinya komenku yg pertama gak masuk ya?
ReplyDeleteAku jadi pengen nonton filmnya juga nih Mak.
Utk Mak Irma.. tetap semangat ya Mak...semoga dapat melawan penyakitnya.
Tetap semangat dan senyum cantik :)
SEpertinya begitu mba, iya...terima kasih suportnya selalu mba reni :-*
Deleteharus bawa tissue banyak nih kayaknya kalau saya nonton film ini :)
ReplyDeletebenerrr mak,...aku sampe nyerobot tissu nya makpon :)))
DeleteWah jadi pengen baca buku nya juga nih.. film nya keren sih
ReplyDeleteAgen Bola
iya, bukunya juga keren :)
DeleteSemua indah jika sudah bersama Alloh
ReplyDeletebenar :)
DeleteWah yang terharu2 pasti bakal ngubek2 perasaan saya... Kayaknya ini bakal jadi salah satu buku yang ada di waiting list buat saya baca deh mak... Review-nya bikin saya penasaran... hehe
ReplyDeleteMakasih ya mak :)
Salam hangat selalu,
Zia
iya mak, bukunya menyentuh juga kok,,,tapi saya mewek2nya saat nonton filmnya
Deleteterimakasih kembali mak Zia :)
aku belum nonton filmnya , gak ada yg jaga anak2 :)
ReplyDeletesiniii titipin ke aunty irma anak2nya mak :)
Deleteyuk teman2 main yuk di www.royalflush99.com..asik lo main poker online
ReplyDeletemasih belum kuat hati nonton ini, hatiku masih trauma gara2 baca bukunya huhuhuuu
ReplyDeletehuhuhuuuu,....filmnya lebih dramatis mila
DeleteMba Irma, novel John Green yang sudah dalam terjemahan bahasa Indonesia ada nggak ya..
ReplyDeleteAda kok hery, ayoo berburu di gramedia tuh ;)
DeletePenasaran sama filmnya nih, belum nonton. hehe.
ReplyDeleteeh iya ada lomba bagus nih, diliat aja dsini http://kompetisimenulis.com/
trima kasih infonya ya :)
DeleteTHanks
ReplyDelete