Kau benar,... aku terkadang begitu arogan,mengakrabkan diri pada sesuatu yang sesungguhnya aku takuti. Menjadi begitu sok tahu dan mencari tahu sesuka aku,sesuka mauku.
Aku teringat ekspresi wajah seorang yang arif beberapa tahun yang lalu, lelaki berwibawa nan cerdas itu termangu sesaat ketika kumasuki ruangannya.
Sesaat menatapku dalam diam,.... entah apa yang ada dibenaknya,kode etik atau rasa iba.
Kupaksakan memasang topeng terbaikku,dengan senyuman dan binar cahaya dimataku berharap lelaki itu memenuhi mauku,mengikuti inginku.
" apa yang tinggal disana, apa yang sedang mengendap dalam ragaku hingga menghadirkan rasa luar biasa yang saban kali terasa membuatku ingin mati rasa ? "
" kanker kolon/usus besar " tatapannya iba...merasa bersalah karena termakan bujukanku menyampaikan langsung pada pasien keras kepala ini tanpa didampingi siapapun anggota keluarganya yg seharusnya menggenggam jemarinya saat vonis ini dia sampaikan.
Sejenak ada bayangan kematian melintas diatas kepalaku,sejenak nyeri di ulu hatiku...ada protes keras pada Sang Pemilik kehidupan,ada aliran bening yang kutahan lajunya agar tak luruh dikedua kelopakku. Aku terdiam....lalu setelah itu peperangan dimulai!
Itu dulu, akhir-akhir ini aku seringkali kembali membuka buku-buku lamaku yang hampir berdebu mengenai kanker dan tetek bengeknya. Pagi tadi salah satu stasiun tivi nasional menayangkan semua seba-serbi kanker, tentang bagaimana kanker tetap menjadi pembunuh kedua setelah serangan jantung. Bagaimana sel abnormal itu sesungguhnya tidak pernah bisa hilang dari tubuh seseorang,dia hanya tertidur dan bisa bangun kapanpun dengan kekuatan yang lebih menghancurkan dari pada sebelumnya.
tentang bagaimana seorang pasien kanker bahkan yang telah sembuh sekalipun harus tetap siaga penuh,bersiap jika kanker itu kembali. Kematian sesuatu yang mutlak....aku tahu pasti,tapi aku masih saja menyesak jika mengingat peperangan yang pernah aku lalui. Benar,...kanker bukan hanya merusak dan mengubah fisik seseorang tapi juga mental/psikologisnya.
Aku tak mendengar ucapanmu,aku terus menggerakan mouse dengan jemariku...menelusuri satu demi satu,melahap informasi sebanyak yang ingin aku tahu,meski keresahan mulai melingkupiku.
Ini karena ada sinyal yang diberikan tubuhku akhir-akhir ini,.... ini karena tetanggaku kembali kambuh,ini karena kerabat jauhku meninggal karena kanker.alangkah bodohnya aku,aku habiskan weekend ini dengan kegelisahan layaknya seorang pasien, aku lupa... andai pun aku seorang pasien,aku pasien istimewa yang tidak akan pernah kehilangan harapan karena harapan akan selalu ada. harapan tlah menjadi sahabat terbaikku melewati masa tersulitku,aku yakin dia akan tetap menemaniku hingga DIA membuatku berhenti meski hanya untuk berharap.